Jumat, 19 November 2010

Industri Baja Dukung Kelistrikan Nasional

Keberadaan industri baja dalam negeri ternyata tak kalah bersaing dengan produk luar negeri.  Bahkan dalam pengembangannya, industri baja dalam negeri dengan berbagai produk olahannya, mampu mendukung pengembangan kelistrikan nasional.
Hal itu terungkap dalam kunjungan Dirut PLN Dahlan Iskan saat meninjau industri baja di PT Gunung Garuda, PT Gunung Raja Paksi dan PT Gunung Gahari Buhara dan PT Bukit Terang Paksi Galvanizing (Gunung Steel Group ) di Bekasi, kemarin (28/4) Setelah kunjungan selama lebih satu jam di area industri baja seluas 200 hektare, dengan tenaga kena lebih dari lima ribu orang. Dahlan mengaku kagum dengan kemampuan industri baja dalam negeri yang dapal menunjang pengembangan kelistrikan nasional.
"Ternyata kita punya pabrik begitu besar. Setelah mendapatkan gambaran seperti ini, kita akan diskusikan sebagai tindak lanjutnya. Ternyata potensi produksi baja dalam negeri begitu besar, guna menopang pengembangan kelistrikan," terang Dahlan saat ditemui usai meninjau lokasi pabrik.Bahkan, kata Dahlan, banyak sekali komponen kelistrikan yang bahan-bahannya bisa dibuat dan dihasilkan di pabrik besar ini. "Untuk apalagi kita mengandalkan impor, sementara sedapat mungkin kita bisa hasilkan produk-produk kelistrikandalam negeri, melalui industri dalam negeri," tuturnya.
Corporate Advisor Gunung Steel Group, Moh Rapsel Ali, menambahkan, seyogyanya pelaku maupun pengguna produk baja dan komponennya lebih menggunakan produk baja yang dihasilkan produsen dalam negeri. Mengingat hasil produksi baja yang diproduksi anak bangsa, tidak kalah bersaing. "Upaya ini harus ditopang dengan kebijakan pemerintah yang pro terhadap industri dalam negeri. Jangan import minded," ujarnya.Saat kunjungan ke lokasi industri. Dahlan Iskan didampingi Komisaris Utama Gunung Steel Group Dr. Chairuddin dan Direktur Kenji Pangestu Corporate Advisor Moh. Rapsel Ali dan Basri Cako, serta Ketua Umum Asosiasi Pabrikan To-wct Indonesia (Aptindo) Ahmad Fahmi.
Fahmi menuturkan, sebenarnya kemampuan industri baja dalam negeri sangatbaik dan memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. "Kalau dari sisi kualitas kita semua bisa merasakan bagaimana kemampuan produksi kita yang tak kalah dengan kualitas produk luar negeri. Kualitas tidak menjadi persoalan sama sekali. Kita mampu menghasilkan baja berkualitas tinggi dengan harga bersaing," tuturnya.Namun, lanjutnya, pemerintah Indonesia gamang karena terlalu terikat peraturan perdagangan global. Padahal, peraturan itu tidak mengikat begitu ketat. Dikatakannya, pemerintah perlu mengetahui kebijakan perdagangan luar negeri, sehingga itu bisa menjadikan masukan penting dalam menentukan kebijakan dalam negeri.
Pelaku industri baja dalam negeri sebenarnya tidak meminta kepada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang sifatnya proteksi terhadap produk luar negeri untuk menjaga industri baja dalam negeri. "Yang kita perlukan adalah suatukondisi permainan yang sehat. Artinya ketika kita berkompetisi, maka kita berkompetisi dengan cara sehat," tuturnya.Dicontohkannya, struktur kebijakan industri dalam negeri berbeda dengan negara lain, termasuk regulasi dukungan pemerintah dengan pemerintah luar negeri tidak sama. Dalam konteks ini. kala Fahmi, diperlukan satu intensif tambahan hagi pelaku domestik, sehingga bisa berkompetisi dalam suasana seimbang. "Pada saat suasana itu seimbang, maka potensi domestik, kita yakin sangat mampu bersaing dengan sangat baik." jelasnya
Ditegaskannya, pemerintah harus secara konsisten mampu memperjuangkan kepentingan dalam negeri secara nyala. Dirinya melihat importir hampir sebagian besar selalu mendapatkan insentif cukup baik dari pemerintahnya masing-masing. sementara Indonesia tidak mendapatkan hal itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar