Kamis, 18 November 2010

Produksi Kaca Dalam Negeri Masih Banyak Diekspor

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai negara yang sedang membangun, potensi pasar kaca di Indonesia sangat besar. Sayangnya, produk kaca di Indonesia masih lebih banyak diekspor ke luar negeri.

Hal ini diakui Chief of Safety Glass Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), Yustinus H Gunawan di Jakarta, Senin (15/11/2010). Produksi kaca yang masih menjadi bahan baku setiap tahunnya mencapai 1,3 juta ton yang diproduksi dari tiga pabrik kaca besar yaitu PT Asahi Mas, PT Mulia Glass dan PT Tossa.

Sementara untuk ekspor kaca mentah tersebut sebesar 50 persen, sedangkan 50 persennya diolah oleh perusahaan-perusahaan pengolah kaca dalam negeri. Sayangnya, setelah diolah, sebagian kaca tersebut diekspor lagi, sehingga kaca untuk konsumsi dalam negeri relatif lebih sedikit.

Artinya bisa diprediksi bahwa produk kaca yang benar-benar dipakai di dalam negeri hanya 40 persen.

"Kita masih banyak mengekspor karena kebutuhan dalam negeri yang masih kecil. Namun tren ke depannya akan semakin meningkat, karena saat ini banyak pembangunan perumahan dan otomotif juga terus meningkat," kata Yustinus.

Disebutkannya, pada 2010 ini, nilai produksi kaca di Indonesia mencapai Rp 5 triliun hingga Rp 7 triliun. Setiap tahunnya selalu tumbuh sekitar 7 persen.

"Tahun depan bakal tumbuh lagi mengingat kebutuhan terus meningkat. Misalnya saja kaca untuk mobil semakin besar, karena produksi mobil dalam negeri juga meningkat," jelasnya.

Menurutnya, di seluruh daerah di Indonesia juga masih banyak rumah-rumah yang tidak berkaca. Hal ini menjadi tantangan produsen kaca untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan harga yang terjangkau, jelasnya, penetrasi pasar kaca di Indonesia bakal meningkat pesat.

Produksi kaca di Indonesia sendiri cukup stabil mengingat bahan bakunya sebagian besar bisa didapatkan dari dalam negeri. Menurutnya, 80 persen bahan baku kaca adalah dari pasir khusus yang banyak terdapat di Indonesia.

Sedangkan sisanya adalah bahan campuran yaitu soda ash (abu soda) masih diimpor dari Jepang. Dengan meingkatnya permintaan, jelasnya, industri kaca di Indonesia membutuhkan investasi baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar