Selasa, 07 Desember 2010

Pacu Pembangunan Industri Penunjang Perkapalan

Ketua Ikatan Pengusaha Industri Dok dan Perkapalan serta Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Jawa Timur (Jatim) Bambang Haryo menyatakan bahwa keberadaan industri penunjang galangan kapal nasional hingga detik ini masih minim, khususnya untuk industri mesin induk dan mesin cadangan.

Kondisi ini kemudian menghambat pertumbuhan kinerja industri galangan kapal nasional, termasuk Jatim. Karena komponen mesin dan beberapa komponen yang dibutuhkan lainnya seperti alat navigasi, komunikasi dan keselamatan masih harus impor dari luar negeri.

"Selama ini mesin induk dan mesin cadangan masih impor dari luar negeri, terbesar dari Jepang. Karena harus mendatangkan dari Jepang, maka untuk mendapatkannya memakan waktu yang cukup lama, terlebih pengirimannya juga sering mengalami keterlambatan. Dan inilah yang akhirnya menghambat proses pembangunan kapal yang selanjutnya menghambat pula pada kinerja industri galangan dalam negeri," ungkap Bambang Haryo yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jendral (Sekjen) Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) saat ditemui di Surabaya, Sabtu (4/12/2010).

Ia mencontohkan, untuk pembangunan kapal jenis roll on roll off (ro-ro) KMP Arar yang diproduksi PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia yang sudah diluncurkan pada pekan lalu oleh Menteri Perhubungan Freddy Numbari sebenarnya sudah bisa diselesaikan dalam jangka waktu 11 bulan. Namun karena pengiriman mesin induk yang diimpor dari Mitsubishi Jepang mengalami keterlambatan sekitar 3,5 bulan, maka baru bisa diselesaikan selama 14 bulan.

Meski sebenarnya waktu pembangunan KMP Arar selama 14 bulan tersebut lebih cepat satu bulan dari kontrak yang mencapai 15 bulan. Dan secara kualitas, KMP Arar ini cukup memuaskan pemerintah karena pembangunannya menggunakan standardisasi keselamatan pelayaran internasional dalam ketentuan Solas.

"Seluruh galangan kapal dalam negeri, khususnya Jatim sudah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan kinerja perusahaan galangan dengan mempercepat pembangunan kapal. Dan ini perlu dukungan penuh dari pemerintah dengan mendorong percepatan pembangunan industri pendukung," ungkapnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Direktur Produksi PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia, Anita Pujiutami bahwa ketersediaan produksi mesin induk dan berbagai komponen lainnya dalam pembangunan kapal sangat diperlukan. Selain bisa mempermudah dan mempercepat waktu pembangunan, juga bisa meningkatkan kinerja industri dalam negeri secara umum karena muatan lokal dalam pembangunan kapal akan bisa ditingkatkan.

"Saat ini, muatan lokal dalam pembangunan satu unit kapal hanya bisa mencapai 35% hingga 40%. Ini karena mesin induk, mesin cadangan, alat navigasi dan sebagainya masih harus impor. Sementara baja, interior dan furniture sudah bisa didapatkan di dalam negeri," tambah Anita.

Selama ini, lanjutnya, pelaku industri galangan sudah sering menyuarakan hal tersebut, namun hingga kini masih belum ada perusahaan permesinan pendukung industri galangan kapal yang bisa memasok kebutuhan tersebut.

"Kami berharap, pemerintah mendorong percepatan pembangunan industri pendukung tersebut, agar pembangunan kapal dalam negeri tidak terkendala," tekannya.

Terkait kebijakan pemerintah tentang pembangunan kapal penumpang ro-ro atau ferry yang harus mencapai sekitar 1.000 GT yang akan diberlakukan tahun depan, ia menyatakan siap untuk melaksanakannya. Karena kapasitas dan fasilitas yang dimiliki Adiluhung sangat mendukung.

"Hanya saja, karena pembangunan kapal Ferry 1.000 GT tersebut menggunakan mesin induk 2.000 X 2 yang harus dipesan selama 1 tahun dan akan memperpanjang waktu pembangunan, maka kami lebih berkonsentrasi membangun kapal ferry 750 Gt, karena menggunakan mesin 1.000 PK X 2 yang termasuk jenis mesin produksi massal yang mudah didapatkan," pungkasnya. kbc6.kabarbisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar