Selasa, 07 Desember 2010

Pertamina Diimbau Gandeng Galangan Lokal

Pemerintah terus mendorong sinergi antar Badan Usaha Milik Negera (BUMN). Upaya tersebut salah satunya diwujudkan dengan mengimbau PT Pertamina untuk melakukan pembangunan kapal tanker baru dan kapal elpiji di beberapa galangan BUMN dalam negeri.

"Saya pikir, sinergi antara Pertamina dengan PT Dok Perkapalan Surabaya (DPS) sangat berhasil. Ini terlihat dari banyaknya kapal tanker milik pertamina yang dibangun disini. Dan saya mengimbau, untuk pembangunan kapal elpiji yang saat ini sedang dalam proses tender juga dibangun di sini," ungkap Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN, Irnanda Laksanawan usai melakukan peluncuran kapal oil tanker Kakap pesanan PT Pertamina di PT DPS, Surabaya, Jumat malam (19/11/2010).

Sebab, galangan dalam negeri sebenarnya sudah siap dan mampu untuk mengerjakannya. Hanya saja selama ini mereka belum diberi kepercayaan untuk membangun kapal dengan tingkat kesulitan kelas tiga seperti kapal elpiji.

"Saya pikir, mereka sangat siap dan mampu. Tinggal apakah Pertamina akan memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada mereka untuk mengerjakannya," tekannya.

Lebih lanjut Irnanda mengungkapkan bahwa untuk pemesanan kapal oil tanker memang telah dilakukan di dalam negeri, namun untuk pembangunan kapal elpiji selama ini masih dilakuklan di China. Padahal jika pembangunan tersebut dilakukan di dalam negeri, akan menimbulkan efek domino yang cukup besar di sektor ekonomi. Sebab kebutuhan plat baja dan steering gear dan kebutuhan lainnya dalam pembangunan kapal bisa menggunakan produk dalam negeri.

"Berapa uang yang akhirnya tidak keluar ke luar negeri dan ini akan menghemat devisa negara. Dan langkah ini juga akan mendorong meningkatnya kinerja bernbagai industri turunan lainnya," lanjutnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Direktur Utama PT DPS, Muhammad Firmansyah Arifin, bahwa dengan membangun kapal dalam negeri, beberapa komponen kapal bisa menggunalkan produk dalam negeri.

Ia menyontohkan pembangunan kapal oil tanker Kakap yang konten lokalnya mencapai 40%.

"Plat Baja kami datangkan dari PT Krakatau Steel, steering gear dari PT Pindad dan ruller assembly dari PT Barata Indonesia. Jika kapal ini dibangun di luar negeri, jelas tidak ada produk Indonesia yang digunakan," terang Firman.

Terkait pembangunan kapal elpiji, Firman juga sangat berharap Pertamina memberikan kepercayaan kepada perusahaan yang dipimpinnya untuk bisa mengerjakannya.

"Kami sangat berharap Pertamina memberikan kepercayaan kepada kami, karena kalau kami tidak diberikan kesempatan, kami tidak akan memiliki pengalaman," katanya.

Menanggapi keinginan tersebut, Deputi Direktur Perkapalan PT Pertamina, Suhartoko mengatakan sangat mendukung. Namun hal ini harus diimbangi dengan kecocokan harga, kualitas dan ketepatan waktu pembangunan.

Selama ini, katanya, pembangunan kapal elpiji memang belum pernah dilakukan di galangan dalam negeri. Dari 5 unit kapal elpiji yang telah dimiliki Pertamina, semuanya dibangun di China. Ini karena galangan kapal dalam negeri belum memiliki keahlian dan pengalaman sama sekali dalam membangun pakal jenis tersebut.

"Sekarang kami memang sedang tender pembangunan kapal elpiji dengan kapasitas 3.500 meter kubik setara dengan 1.800 metrik ton elpiji. Dan sekarang masih dalam rangka negosiasi harga," kata Suhartoko.

Menurutnya, karena belum memiliki pengalaman, maka ada biaya pelatihan yang dibebankan, sehingga total investasi yang harus dikeluarkan menjadi lebih besar dibanding membangunnya di China.

"Kalau kita membangun kapal elpiji di China harganya mencapai US$14,5 juta sementara kalau di dalam negeri mencapai US$19 juta," katanya.

Untuk itu, Pertamina berharap pemerintah mau menanggung kelebihan biaya tersebut. Karena Pertamina tidak mau menanggung kelebihan tersebut.

"Sekarang negosiasi pada titik akhir, tahap berikutnya akan kami laporkan ke direksi, maksimal 1 minggu ke depan. Kebijakan selanjutnya, kami serahkan kepada direksi, apakah akan membangun di galangan dalam negeri dengan kelebihan biaya ataukan membangun di China," pungkasnya. kbc6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar